Media Eksternal

Ketika Ki Hadjar Dewantara Meramal Sebuah New Normal


MARET umumnya menjadi bulan yang harus dilalui dengan “kecepatan tinggi” oleh anak-anak sekolah. Pada bulan itu mereka sedang giat-giatnya mempersiapkan ujian akhir, terutama bagi yang berada pada jenjang terakhir sekolahnya.

Namun apa hendak dikata, tanpa persiapan apa pun sebelumnya, tiba-tiba krisis akibat pandemi covid-19 membuat dunia dengan segala aktivitasnya seperti dihentikan tibatiba. Tiba-tiba mereka harus tinggal di rumah saja, tidak boleh keluar rumah untuk sekolah atau bahkan untuk beribadah. Tiba-tiba saja sejak itu mereka bahkan tidak bisa lagi untuk sekadar mendatangi sekolahnya. Mungkin sampai hari ini.

Sontak semua harus dilakukan secara “LDR” (long distance relationship). Siswa belajar dari rumah, demikian juga guru juga mengajar dari rumahnya. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi andalan. Pertama kali tentu banyak yang gagap. Namun kemudian guru dan siswa-siswi justru menjadi pakar dalam penggunaan peranti untuk virtual meeting seperti Zoom, Cisco Webex, Google Meet, dan lain-lain.

Bahkan karena harus berada di rumah dalam rangka work from home (WFH) para orang tua pun harus ikut berakrobat untuk mengakrabkan diri dengan peranti-peranti tersebut agar bisa membantu anak-anaknya belajar jarak jauh. Belum lagi juga harus ikut berakrobat untuk menguasai materi yang sedang dipelajari anak-anaknya.

Maka kemudian beredar cerita-cerita lucu dan meme yang menggambarkan dinamika study from home ini. Ada yang kelasnya lebih berisik daripada ketika kelas offline karena semua jadi mudah ngomong. Ada yang rajin mendandani kamar karena ingin tampil dengan latar belakang yang tidak memalukan. Ada yang orang tuanya jadi pusing karena harus mengajari anaknya secara penuh dan menyadari bahwa tugas mendidik putra-putrinya bukanlah tugas yang ringan.

Harapan Ki Hadjar Dewantara

Situasi genting kesehatan itu pada gilirannya memaksakan apa yang selama ini dicita-citakan sebagai sesuatu yang ideal dalam dunia pendidikan, yaitu belajar jarak jauh melalui teknologi. Juga “memaksakan” pendidikan yang banyak melibatkan orang tua yang bertindak sebagai guru di rumah.

Maka terpenuhilah apa yang dicita-citakan pahlawan pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara, yang pernah menekankan bahwa “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Pendidikan tak berhenti di bangunan sekolah saja, tapi juga di rumah, di jalan, dan di mana-mana.” Memang harapan tersebut tidak harus diwujudkan dengan tambahan alat bantu baru seperti teknologi. Harapan tersebut harus bisa diwujudkan dalam kondisi apapun. Dalam kondisi apapun tiap orang harus menjadi guru, setidaknya bagi anak-anaknya. Dalam kondisi apapun rumah harus bisa menjadi sekolah, tempat untuk menggladi ilmu.

Hanya saja kondisi pandemi dan kemajuan teknologi telah “memaksakan” terwujudnya kondisi ideal tersebut. Belajar dari rumah, mengerjakan tugas dari rumah, menyelesaikan ujian dari rumah, bahkan wisuda atau seremoni kelulusan pun dilakukan dari rumah. Semua

secara virtual melalui teknologi digital. Praktik-praktik ini akan menjadi sebuah new normal yang banyak didengungkan orang saat ini, kelaziman baru di dunia pasca-Covid-19.

Dalam pidato memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2020 lalu, Menteri Pendidikan Nasional, Nadiem Makarim menyampaikan bahwa dari krisis covid-19 yang memakan begitu banyak nyawa kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya. Untuk pertama kalinya, guru-guru melakukan secara daring atau online, menggunakan tools atau perangkat baru, dan menyadari bahwa sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di manapun.

“Orang tua, untuk pertama kalinya menyadari betapa sulitnya tugas guru. Betapa sulitnya tantangan untuk bisa mengajar anak secara efektif. Kemudian menimbulkan empati kepada guru yang tadinya mungkin belum ada. Guru, siswa, dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja. Tetapi, pendidikan yang efektif itu membutuhkan kolaborasi yang efektif dari tiga hal ini, guru, siswa, dan orang tua. Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi,” tuturnya.

Paparan rendah

Munculnya kolaborasi antara guru, orang tua, dan murid bisa dikatakan sebagai secercah berkah di balik musibah. Dunia pendidikan yang secara umum diterpa dampak pandemi memunculkan harapan baru bagi proses belajar-mengajar yang kolaboratif dan efisien karena memanfaatkan teknologi.

Bahkan jika menatap ke masa depan, justru sektor pendidikan yang ditopang penuh oleh teknologi internet, tampaknya akan menjadi salah satu sektor yang lebih hidup. Menurut analisis lembaga konsultan Dcode dalam Decoding the Economics of Covid-19: Potential Winners and Losers in the Short Time, meski keribetannya begitu terasa namun sejatinya sektor pendidikan merupakan sektor yang minim terdampak, bahkan siap-siap menyalip di tikungan untuk muncul menjadi sektor yang berjaya.

Hal ini dikonfirmasi oleh Kementerian Keuangan awal April 2020 yang menggolongkan sektor jasa pendidikan bersama dengan konstruksi, jasa kesehatan, pertahanan, serta jasa utilitas seperti listrik, gas, dan air, merupakan sektor yang terpapar pandemi dalam kategori rendah di Indonesia (Katadata, 16/5/2020).

Sudah saatnya untuk menginvestasikan anggaran lebih untuk membangun sektor pendidikan melalui peningkatan dan perbaikan infrastruktur

jaringan telekomunikasi dan internet. Terlebih, persoalan akses untuk belajar jarak jauh ini makin mengemuka ketika kegentingan memaksa seperti pada saat ini. Di tengah keprihatinan akan wabah penyakit, kita juga masih harus merasakan kegetiran akan kesulitan saudara-saudara kita di daerah terpencil untuk mengakses internet untuk belajar jarak jauh.

Palapa Ring

Patut disyukuri bahwa beberapa bulan sebelum covid-19 menyebar dengan ganas ke seluruh penjuru dunia, yaitu Oktober tahun 2019 lalu, pemerintah telah meluncurkan proyek Palapa Ring. Palapa Ring merupakan proyek pembangunan backbone internet cepat nasional yang menghubungkan seluruh 514 ibukota kabupaten/ kota di Indonesia yang dibangun pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo. Penggelaran serat fiber Palapa Ring sepanjang lebih dari 12.000 km di 57 kabupaten/kota di 11 provinsi ini merupakan wujud dari kebijakan afirmatif pemerintah untuk menyediakan internet cepat di wilayah-wilayah terluar, terdepan, tertinggal (3T) yang secara komersial tidak feasible untuk dibangun oleh pihak swasta.

Dalam sambutan peluncurannya, Presiden Joko Widodo menyampaikan arti penting konektivitas digital bagi kesejahteraan bangsa, penguatan persatuan, perbaikan pendidikan, dan peningkatan perdagangan.

Dengan dorongan oleh situasi pandemi ini, maka urgensi untuk utilisasi Palapa Ring agar bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat di seluruh pelosok Indonesia, makin meningkat. Jangan sampai terdengar lagi kisah tragis pelajar yang harus mempertaruhkan jiwa sekadar untuk mendapatkan koneksi data dari sinyal seluler. Atau juga perjuangan guru-guru yang terpaksa berjalan puluhan kilometer untuk menyambangi murid dan melangsungkan kegiatan pengajaran secara offline karena wilayahnya tak terjangkau sinyal seluler. Perjuangan mereka ini kiranya akan diganjar dengan keluhuran dan kemuliaan oleh pencipta-Nya, namun sudah menjadi tugas kita bersama untuk meringankan beban mereka saat ini dan membantu ikhtiar mereka untuk maju. Palapa Ring, pembangunan jaringan BTS dan akses internet gratis dari Bakti, pengadaan high throughput satellite (HTS), adalah sumbangsih negeri ini kepada saudara-saudara kita di seluruh penjuru negeri agar kita maju bersama.***

Sumber : https://mediaindonesia.com/read/detail/316644-ketika-ki-hadjar-dewantara-meramal-sebuah-new-normal

Kategori : Media Eksternal

Ihsan Laidi

Muhammad Ichsan Laidi, S.Kom., adalah Direktur Utama PT. Media Siber Celebes, perusahaan yang menaungi portal berita Luwuk Today (www.luwuk.today). Pria kelahiran Luwuk tahun 1987 ini memiliki hobi menulis dan menekuni bidang internet marketing. Saat ini ia menetap di Kota Luwuk, adapun untuk menyalurkan hobi menulisnya ia menerbitkan portal berita Luwuk Today yang mulai dapat diakses secara online sejak November 2018. Portal Berita Luwuk Today awalnya adalah komunitas berbagi informasi untuk warga Kabupaten Banggai dengan nama Info Luwuk yang dibentuk pada Februari 2014. Info Luwuk pertama kali online dengan membuka akun twitter https://twitter.com/InfoLwk dan mengumpulkan tidak kurang dari 4.000 akun blackbery warga Kabupaten Banggai pada waktu itu. Kini Info Luwuk telah bertransformasi menjadi media lokal Luwuk Today.

Related Articles

Back to top button