Nasional

Wakil Ketua MPR Ingatkan Makna Peringatan 22 Desember

Foto Wakil Ketua MPR Ingatkan Makna Peringatan 22 Desember
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat Ingatkan Makna Peringatan 22 Desember. /Foto: Net

Luwuk.today, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat meluruskan, 22 Desember memiliki makna bukan hanya sebagai Hari Ibu sebagaimana peringatan Mother’s Day di negara lain. Lebih luas, tanggal tersebut perlu diingat sebagai Hari Perempuan Indonesia.

Hal itu, kata Lestari yang akrab disapa Rerie kepada wartawan di Jakarta, Minggu (22/12/2019) menimbang, pada tanggal 22 Desember 1928, hingga 25 Desember 1928, dalam Kongres Perempuan Indonesia ke-1 di Yogyakarta, para perempuan Indonesia menancapkan tonggak perjuangan untuk merdeka dan bersatu. Melanjutkan Sumpah Pemuda, mereka berikrar agar perempuan mampu mencapai cita-citanya untuk sederajat dengan kaum pria.

Rerie berpandangan, Hari Ibu ke-91 menunjukkan bahwa perjuangan kaum perempuan Indonesia telah menempuh jalan panjang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Meski demikian, perjuangan meningkatkan peranan dan kedudukan kaum perempuan Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara belum selesai.

“Sudah ada kemajuan, namun belum sepenuhnya berhasil mencapai cita-cita yang dikumandangkan 91 tahun lalu. Karena itu, peringatan Hari Ibu ke-91 merupakan momentum untuk merenungkan peran perempuan dalam memperjuangkan posisi dan kedudukannya yang menggambarkan semangat nasionalisme perempuan berdaya, Indonesia maju, sesuai tema Hari Ibu tahun ini,” ujar satu-satunya perempuan yang menjadi pimpinan MPR itu.

Untuk itu, Rerie menilai penting mengembalikan nilai-nilai perjuangan perempuan. Tidak sebatas peran perempuan dalam wilayah budaya secara umum dan domestik secara khusus, melainkan keterlibatan aktif perempuan dalam ekonomi dan politik.

Dia mencermati beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan pembenahan, antara lain hak dalam rumah tangga, pemberantasan buta huruf, serta kesetaraan dalam memperoleh pendidikan.

“Tidak kalah mendesaknya dan perlu segera direalisasikan ialah hak-hak perempuan dalam perkawinan, pelarangan perkawinan anak di bawah umur, perbaikan gizi, dan kesehatan bagi ibu maupun balita. Juga perlu satu gerakan bersama untuk meniadakan ketimpangan dalam kesejahteraan sosial,” tegas perempuan penyintas kanker yang kini aktif pada kegiatan pencegahan kanker, khususnya kanker payudara, melalui Gerakan Sahabat Lestari dan Millenials Goes Pink itu.

Pada Hari Ibu ini Rerie sekaligus menyampaikan salam dan mengingatkan perempuan di Indonesia.

“Perempuan Indonesia jadilah diri sendiri, memberi arti dan berarti. Perempuan yang menjaga bangsa dan negara, serta berjuang untuk Indonesia Maju,” tutupnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button