

Luwuk.today, Islam – Wahdah Islamiyah dan Resonansi Dakwah yang Makin Dahsyat (Kenangan Indah Kader Dakwah Menyambut Mukernas XII Wahdah Islamiyah)
Oleh: Abdul Wahid Mongkito
Saya mengenal Organisasi Wahdah Islamiyah (WI) sekitar tahun 2008. Walaupun sebenarnya sejak 2006 saya sudah mengikuti program pembinaan intensif yang disebut dengan Istilah “Tarbiyah”. Namun saya tidak tahu bahwa itu adalah program unggulan ormas ini.
Saya kuliah di Universitas Hasanuddin (Unhas) angkatan 2006 pada Program Studi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Kuliah di kampus umum membuat asupan materi ruhiyah sangat kurang. Tidak mungkin mengandalkan mata kuliah Agama Islam yang hanya 2 SKS. Keringnya ruhiyah ini membuat sebagian mahasiswa mencari wadah untuk memenuhi dahaga mereka. Banyak pengajian yang ditawarkan para senior berwajah teduh nan selalu berjamaah. Pada umumnya mahasiswa baru tidak tahu di mana afiliasi kajian-kajian tersebut. Namun makin dewasa umur di kampus mulai nampak perbedaan dan persamaan kajian-kajian tersebut.
Saya memilih mengaji di Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Universitas Hasanuddin (UKM LDK MPM Unhas)karena terasa lebih idealis. Mungkin juga karena banyak sekampung saya yang ngaji di lembaga ini. Saya baru sadar bahwa UKM ini rupanya tidak 100% independen saat dipaksa menjadi ketua di lembaga ini. Dari situ perjalanan bersama Wahdah Islamiyah dimulai.
Dakwah yang santun dan pertengahan mungkin yang membuat Wahdah Islamiyah diterima di seluruh Civitas Akademika Universitas Hasanuddin. Sekilas gaya dakwah Ormas ini mirip dengan Ormas Muhammadiyah. Walaupun banyak yang mengatakan lebih condong ke “Salafi”. Tapi mungkin bisa dikatakan anak kandung Muhammadiyah, saudara kandung ormas Hidayatullah.
Dengan Dakwah, sosial dan Pendidkan yang diusungnya, ormas ini telah memeiliki 34 DPW diseluruh propinsi di Indonesia lebih dari 150 DPD dan juga telah memiliki Ratusan sekolah dari jenjang PAUD hingga perguruan tinggi dan pesantren Tahfidzul Qur’an yg tersebar di seluruh Indonesia. Tentu sdh mempunyai puluhan ribu santri. Oh iya, setiap ada bencana selain FPI dan berbagai relawan ormas lainya pasukan hujau juga mulai menjadi mewarnai “Lazis Wahdah” yg baru mendapat legitimasi Departemen Agama RI sebagai Lazis Nasional.
Hari-hari ini lembaga dakwah ini sedang menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) XII di Asrama Haji Sudiang Makassar. Umurnya yang baru bermukernas ke -12 menunjukan prestasi yang luar biasa. Dimotori oleh Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin yang saat ini termasuk salah satu tokoh bangsa yang sangat vokal memperjuangkan kepentingan Ummat. Beliau saat ini dipercaya menjadi Wakil Sekjen MUI Pusat dan juga Ketua Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara.
Ulama muda ini tentu tidak berjuang sendirian, karena bersama beliau berbaris dengan rapi dan bershaf dengan sangat indah para asatidz yang mumpuni nan rendah hati, kebanyakan alumni Perguruan Tinggi Islam Timur Tengah bergelar Lc hingga Doktor.
Yang membuat saya sangat kagum adalah para Asatidz zuhud dibelakang Ustadz ini adalah manusia-mqnusia yang dikaruniai ilmu yang mendalam (semoga Allah menistiqomahkan mereka), mereka populer di jamaahnya masing2, mereka punya link yg cukup di timur tengah namun mereka tdk memisahkan diri utk membuat Yayasan sendiri, atau pun membuat lembaga kajian sendiri, atau jamaah sendiri yg terpisah dari Wahdah Islamiyah. Mereka lebih memilih utk tetap bersama2 memajukan dakwah WI. Saya yakin mereka paham jika berjamaah resonansi dakwah akan lebih dahsyat, namun saya juga yakin mereka sadar akan munculnya perbedaan pendapat. Tapi yg saya kagum mereka bisa saling memahami dan saling menguatkan.
Yang saya pahami Wahdah Islamiyah memiliki visi besar 2030 sebagai ormas terbesar ke 3 di Indonesia. Wahdah Islamiyah lahir bukan untuk menyaingi ormas-ormas sudah ada namun ormas ini hadir untuk mengisi celah dakwah yang masih belum tergarap di republik tercinta ini. Dengan jumlah kader aktif yang sudah mencapai puluhan ribu ini, ditambah dengan program Tebar Dai Nusantara (TDN) ke seluruh pelosok negeri, Wahdah Islamiyah dan resonansi dakwah akan mencapai visinya di 2030.
Selamat bermusyawarah Asatidz yang datang dari seluruh penjuru tanah air. Kami selipkan doa untuk kalian semua semoga melahirkan program-program keumatan yg sangat dibutuhkan masyarakat. Kami siap menjalankan seluruh hasil musyawarah kerja ini , insyaAllah.
Saya bangga menjadi bagian dari Ormas Wahdah Islamiyah Indonesia. []
Abdul Wahid Mongkito
Ketua Yayasan Ibnu Abbas Muna
Dosen IAIN kendari,
Alumni program beasiswa BAZNAS INDONESIA