Tips Menjadi Ayah Super dari Ustad Bendri Jaisyurrahman


Luwuk.today, Makassar – Tips Menjadi Ayah Super. “Al-Ummu madrat[un], Ibu adalah (ibarat) sekolahan”. Demikian bunyi kutipan sebuah pepatah Arab yang mengisyaratkan strategsinya peran dan kedudukan ibu dalam pendidikan anak.
Tapi bukankah setiap sekolah memiliki kepala sekolah? Apalah artinya bangunan sekolah yang megah dan indah tanpa kepala sekolah?
Jika ibu adalah sekolah (madrasah), maka ayah adalah kepala sekolahnya. Demikian dinyatakan pakar parenting Ustad Bendri Jaisyurrahman saat berbagi tips menjadi Ayah yang super pada kegiatan Ummat Fest 2019, di Gedung Celebes Convention Center (CCC), Makassar, Sabtu (9/11/2019).
Menurut Konselor pendidikan rumah tangga lulusan FISIP Universitas Indonesia ini dalam Al-Qur’an tokoh Ayah lebih banyak disebutkan daripada ibu.
Memang benar lanjut ustad Bendri, Ibu adalah madrasah bagi seorang anak, namun sosok Ayah adalah kepala sekolahnya. Karena memang di lapangan menurut data yang dihimpun oleh BKKBN untuk wilayah Jabodetabek, anak-anak tanpa Ayah luar biasa kacaunya. Dari data tersebut disebutkan, hampir 70% karakter anak laki-laki kebanci-bancian. Karena selama kecil selalu berada di bawahku asuhan ibu-ibu.
“Dalam Islam, laki-laki dituntut untuk mencetak jejak-jejak kelaki-lakian, bukan menggelar perawatan. Apa itu jejak kelaki-lakian? panggangan matahari, peras keringat, dan jejak-jejak perjuangan sebagaimana para Sahabat,” tutur Pembina Yayasan Langkah Kita ini.
Jika anak laki-laki salah pengasuhan, lanjut ustad Bendri, maka mereka akan menjadi kewanita-wanitaan.
“Mengapa kita belajar menjadi figur ayah? Karena figur ayah itu menguatkan anak. Allah berfirman dalam Alquran yang artinya, hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah. Siapa itu anak-anak yang lemah itu? Cirinya ada tiga, yakni lemah menghadapi ujian kesulitan yang ketika menjumpai masalah malah anak flight bukan fight, lemah menghadapi ujian syahwat, dan lemah menghadapi ujian kemarahan,” ungkap ustad Bendri sambil mengutip terjemahan Surah An-Nisa ayat 9.
Agar generasi yang lemah tersebut tidak lahir, ustad Bendri kemudian menyebutkan solusinya dalam lanjutan ayat yang sama, yakni Allah memberikan solusi kepada para Ayah untuk bertakwa kepada Allah, salah satunya adalah membersihkan sumber-sumber rejeki dari keharaman, serta mengucapkan perkataan yang sadid.
“Perkataan yang Sadid yakni perkataan yang tidak menyimpang dan/atau tepat sasaran sesuai usia, jenis kelamin,” jelas dia.
Saat menggendong anakpun ada perbedaan menurut ustad Bendri, yakni untuk menenangkan anak laki-laki maka dadanya yang ditepuk, sedangkan untuk anak perempuan dielus.
Setelah menyebutkan solusi bagi orang tua agar tidak meninggalkan generasi yang lemah, penulis buku “Fatherman” ini kemudian menyebutkan salah satu peran utama kedua orang tua kepada anaknya.
“Ayah adalah konselor, maka harus menjadi orang pertama yang menjadi tempat ‘curhat’ anak kala sedih,” ungkap dia.
Pada sesi tanya jawab salah seorang peserta bertanya tentang penyebab sebagian kasus ketika anak membunuh orangtuanya dan adapula orang tua yang membunuh anaknya.
Ustad Bendri menjawab, anak memiliki kantong jiwa yang salah satu fungsinya adalah menahan perasaan hingga suatu saat ketika tidak terbendung lagi akan dilepaskan, salah satunya adalah hal yang buruk.
“Itu bukan hanya ada pada anak, tapi pada orang tua juga. Solusinya adalah ajak ngobrol untuk meluapkan perasaan sesegera mungkin. Ayah mendengarkan keinginan anak, dan Ayah atau istri saling cerita keinginan masing-masing,” jelas dia.
“Superman is dead but father still life,” kutip ustad Bendri saat mengakhiri kajiannya.
Ummat Fest 2019 digelar oleh Wahdah Islamiyah sejak Jumat (8/11/2019) hingga Ahad (10/11/2019) esok, dengan beberapa rangkaian kegiatan, antara lain Tabligh Akbar, majelis Ayah, thibun Nabawi, pameran produk islami dan kegiatan lainnya. (Rustam. H/Udin.M)