Tidak Hanya OJol, Semua Kena Dampak Ekonomi Virus Covid-19
Tidak Hanya OJol, Semua Kena Dampak Ekonomi Virus Covid-19
Oleh: Denni Risman
Luwuk.today, Opini – Dampak ekonomi akibat wabah virus covid-19, tidak saja pada Ojol (ojek online). Si Ojol ini masih beruntung, perusahaan tempat dia bermitra masih berdiri kokoh, malah salah satu pemiliknya jadi Menteri di Republik ini. Lalu kenapa semua harus sedikit-sedikit ojol yang terima bantuan.
Lihatlah sekitar, sejak sebulan lalu warga diminta di rumah saja (malah banyak perusahaan mengartikan pekerjanya dirumahkan) dan bekerja di rumah bagi ASN, karyawan swasta, banyak aktifitas ekonomi dan mata pencarian berhenti. Ojol masih bisa beroperasi.
Di industri pariwisata, mereka yang pertama kali kena dampak. Tidak ada wisatawan yang pergi ke objek wisata, tour leader kehilangan job, mobil/bus rental wisata dikandangkan, para sopir ikut dirumahkan, industri makanan di lokasi wisata pun kehilangan pendapatan. Hotel sepi, tidak ada wisatawan, tidak ada acara di ballroom atau convention. Jutaan banyaknya mereka yang terdampak, ada yang dirumahkan tanpa terima gaji, dirumahkan dengan terima gaji separuh dan ada yang terpaksa di phk perusahaan. Mereka ini rata-rata sebelumnya tidak tercatat sebagai warga miskin, atau warga yang terima bantuan setiap bulan. Pada kondisi sekarang, saat pendataan penerima bantuan sosial covid-19, mereka jug tidak terdata, sementara tukang ojol tetap terdata.
Lalu yang nyaris terlupakan adalah kondisi dai atau ustadz kita yang selama ini mendapat penghasilan dari ceramah di masjid dan mushalla atau mengajar mengaji di majelis taklim. Tapi dengan adanya fatwa mui dan himbauan masjid untuk tidak melakukan acara, mengumpulkan banyak orang, para dai dan ustadz ini ikut kehilangan penghasilan untuk menghidupi keluarga. Ada juga diantara dai dan ustadz ini yang jualan, tapi virus covid-19, ikut menurunkan omzet jualan mereka. Mereka ini sebelumnya tidak pernah tercatat sebagai orang miskin yang dapat bantuan. Sekarang ini pun mereka tidak tercatat juga sebagai penerima bansos covid-19. Si ojol, sudah duluan dicatatkan oleh pak RT.
Di industri pers begitu juga,sudah banyak juga perusahaan pers yang kembang kempis, telat bayar gaji wartawan.Di daerah, pers lebih banyak berharap dari kontrak iklan/ kerjasama advertorial pada instansi pemerintah. Tapi dengan kondisi kerja di rumah, iklan pun jadi mandeg. Wartawan di lapangan yang berharap ‘caro’ dari undangan jumpa pers atau kegiatan acara pun tidak lagi dapat penghasilan tambahan, karena larangan berkumpul membuat semua instansi atau perusahaan meniadakan kegiatan jumpa pers atau launching atau kegiatan. Para wartawan ini pada umumnya juga tidak pernah tercatat sebagai penerima bantuan orang miskin, dan otomatis tidak tercatat juga sebagai penerima bansos covid-19.
Di bagian transportasi sejak social distancing dikumandangkan, hingga sekarang masuk ke Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah banyak mobil bus antar kota antar provinsi, mobil travel, angkutan umum dikandangkan. Banyak sopir jadi nganggur. Dampak ikutan pekerja di perusahaan itu, pekerja loket, adm, montir dan rumah makan langganan bus serta travel itu. Mereka banyak juga tidak tercatat sebagai penerima bansos covid-19. Kebutuhan untuk makan bisa diakali, tapi tagihan listrik, air, sewa rumah/cicilan rumah subsidi, cicilan motor tidak bisa ditunda.
Jadi, bagi siapapun yang ingin berbagi rizki dan membantu sesama yang terdampak ekonomi akibat covid-19 ini, janganlah bantuan itu untuk ojol saja. Bantu jugalah mereka yang terdampak di sekitar kita, yang mereka tidak mau teriak, dan mereka memilih berhutang dan mereka itu ada di sekitar kita. (denniRisman/14042020)