Tidak Ada Roh Gentayangan Dalam Islam, Ini Penjelasannya!

Dalam khutbah Jumat yang disampaikan oleh Ustad Amni Nur Baits pada video rekaman youtube diatas, dibahas secara mendalam tentang pemahaman roh setelah kematian dalam Islam. Khutbah ini memberikan pencerahan mengenai beberapa kekeliruan yang sering terjadi di kalangan umat Islam terkait kehidupan setelah kematian. Berikut adalah poin-poin penting yang disampaikan dalam khutbah tersebut.
Kekeliruan Pemahaman Umat Islam Tentang Roh
Umat Islam sering kali terjebak dalam pemahaman yang salah seputar roh setelah kematian. Beberapa kepercayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam di antaranya adalah:
- Roh Kembali ke Bumi: Ada anggapan bahwa setelah kematian, roh bisa kembali ke bumi dan berkeliaran selama 40 hari atau pada bulan tertentu.
- Interaksi dengan Roh: Keyakinan bahwa manusia bisa berinteraksi dengan roh orang yang telah meninggal, termasuk praktek yang mengklaim dapat memanggil roh kembali.
Dalil-dalil Islam tentang Roh Setelah Kematian
Ustad Ani Nur Baits menyampaikan dalil-dalil dari Al-Qur’an yang membantah anggapan-anggapan tersebut, seperti:
- Konsep Barzakh: Al-Qur’an dalam Surat Al-Mu’minun (23:99-100) menyebutkan bahwa ketika seseorang meninggal, mereka ingin kembali ke bumi untuk beramal saleh. Namun, Allah menegaskan bahwa ada ‘barzakh’, sebuah penghalang yang mencegah roh kembali ke bumi.
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
- Penyangkalan Kebangkitan: Dalam Surat An-Nahl (16:38), dijelaskan bagaimana orang-orang musyrik bersumpah bahwa mereka tidak akan dibangkitkan setelah kematian. Allah membalas dengan menegaskan kepastian kebangkitan dan hisab.
Mereka sungguh-sungguh bersumpah dengan (nama) Allah, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.” Bukan demikian (justru Allah pasti akan membangkitkannya). (Yang demikian ini) adalah janji yang pasti Dia penuhi, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. An-Nahl: 38)
- Kekeliruan tentang Syafa’at: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa syafa’at di hari akhir tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang mengucapkan “La ilaha illallah” dengan ikhlas.
Dikisahkan Abu Hurairah r.a, beliau bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bergembira memperoleh syafaat mu di hari kiamat?” Beliau menjawab, “Yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa illaha illallaah dengan ikhlas dari hatinya atau dirinya,” (HR Bukhari, no. 99)
Implikasi Pemahaman yang Salah
Kepercayaan keliru tentang roh setelah kematian memiliki implikasi serius, di antaranya:
- Mengabaikan Akidah yang Benar: Keyakinan yang salah mengenai roh bisa membuat umat Islam mengabaikan akidah yang benar dan terjebak dalam praktik bid’ah.
- Pengaruh pada Perilaku Hidup: Keyakinan ini bisa mengurangi motivasi untuk beramal saleh dengan pemikiran bahwa bisa “diperbaiki” setelah kematian.
Kehidupan Setelah Kematian dalam Islam
Islam mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir dari eksistensi, tetapi awal dari kehidupan yang abadi. Setiap jiwa akan memasuki alam barzakh hingga hari kebangkitan dan setiap orang akan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.
Tanggung Jawab Pribadi
Dalam Islam, setiap individu bertanggung jawab atas amalnya sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan seseorang kecuali amal perbuatannya yang baik.
Kesimpulan
Khutbah Ustad Amni Nur Baits membuka wawasan tentang pentingnya memahami konsep roh setelah kematian dalam Islam. Dengan mengambil dalil langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah, umat Islam diingatkan untuk kembali kepada ajaran yang benar dan menghindari kepercayaan yang tidak berdasar.
Mempelajari dan memahami ajaran Islam yang autentik adalah kunci untuk tidak terjerumus dalam kekeliruan yang berakar dari ketidaktahuan atau tradisi yang tidak memiliki dasar dalam Islam. Sebagai umat yang bertauhid, kita wajib menghindari praktek yang bertentangan dengan prinsip-prinsip aqidah kita dan berusaha untuk memperdalam pengetahuan keislaman yang akan membimbing kita di dunia ini dan di akhirat kelak.
Selengkapnya nonton video khutbah di awal artikel ini.