Sukmawati dan Bapaknya
Sukmawati dan Bapaknya
Oleh Fahri Hamzah
Luwuk.today, Opini – Jangan lupa, Konsul Muhammadiyah Sumatra waktu itu adalah Datuk Hasan Din, Dai dan pengusaha asal Padang yang tak lain adalah ayah kandung Bu Fatmawati (isteri ke-3 Bung Karno). Dari mereka lahirlah anak-anak proklamator itu termasuk Mega, Rachma dan Sukma.
(Komentari twit Dahnil: “Saya sudah buka-buka dokumen tsb, terimakasih Bang Fadli sudah mau mengumpulkan data bersejarah ketika Bung Karno menjadi pengurus Muhammadiyah di Bengkulu.”)
Anak-anak Bung Karno yang berperan kebanyakan adalah putri dan cucu Bu Fatmawati yang punya akar Islam Sumatera yang kuat. Bung Karno sendiri, selama pelarian di Sumatra terpengaruh paling kuat dengan ide Islam. Beliau akhirnya menjadi guru di perguruan Muhammadiyah.
Tapi kelebihan Bung Karno adalah karena ia membaca semua hal. Masa-masa dalam penjara membuat beliau punya banyak waktu membaca buku khazanah Timur, Barat dan Islam. Di timur dia bersahabat dengan para pemimpin-pemimpin negara Asia-Afrika dan di Barat ia menjadi sahabat pemimpin negara-negara Amerika.
Bung Karno juga menjadi pahlawan di negara-negara Islam di Timur Tengah. Saya mengunjungi negara-negara itu dan menemukan “Jalan Sukarno” di jantung-jantung kota mereka. Sekali lagi, bacaan yang luas membuat beliau mengalami pertemuan pikiran yang meluas. Menjadi tokoh dunia yang terkenal.
Sebenarnya ada problem “perebutan identitas” pada diri Bung Karno. Orang-orang merasa bahwa Bung Karno mewakili pikirannya. Beliau dianggap kiri, kadang-kadang kanan, marhaen, Islam dll. Tapi sangat disayangkan bahwa akar Islam beliau kurang terungkap, “Dari rumah Tjokro sampai Sumatera”.
Baca juga; GNPF-ULAMA Polisikan Sukmawati Soekarnoputri
Saya sebetulnya menyarankan kepada anak dan cucu Bung Karno agar sedikit ke tengah. Jangan terlalu ke kiri. Seperti Mbak puan, akar Islam sumateranya lebih kuat karena pak Taufik Kiemas ayah beliau adalah anak keturunan Masyumi. Akan menarik menyaksikan varian baru itu.
Akhirnya, kasus pidato Sukma yang kontroversial yang justru bertepatan pada hari kita merayakan ke-107 ulang tahun Muhammadiyah adalah pelajaran penting tentang warna Islam proklamator kita itu. Tidak saja anak cucunya, kita pun perlu belajar lagi. Agar jangan salah.
Kesalahan Sukma adalah karena tidak mengerti beda antara Nabi sebagai utusan Tuhan dan tokoh negara pada umumnya. Itulah beda anak dengan bapak. Sukarno adalah negarawan besar sementara Sukma dalam kebingungan besar.
Mari kita perbanyak bacaan.
Mari ambil pelajaran.
Twitter @Fahrihamzah 19/11/2019