Luwuk.today -, Dunia pendidikan kita kembali berduka. Seorang guru Agama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Manado Sulawesi Utara (Sulut) tewas ditikam siswanya, Selasa (22/10/2019). Tragisnya peristiwa ini terjadi bersamaan dengan pengumuman kabinet pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Kejadian ini seolah menjadi ‘’kado” penyambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Tragedi ini menjadi semacam sinyal kuat, ada masalah serius dan penyakit parah dalam pendidikan kita.
Dilansir dari berbagai media online, peristiwa naas ini dipicu oleh ketersinggungan siswa berinisial F yang kesal ditegur Alexander Pangkey karena merokok di lingkungan sekolah.
“Pelaku tersinggung karena ditegur merokok,” ujar Kapolresta Manado Kombes Benny Bawensel saat dimintai konfirmasi, sebagaimana dilansir detik.com, Selasa (22/10/2019).
Awalnya pelaku terlambat masuk sekolah. Alexander memberikan sanksi kepada pelaku yaitu mengangkat tanah dalam plastik.
“Setelah itu pelaku istirahat dan merokok di sekolah. Guru agama ini datang menegur karena merokok dan pelaku tersinggung,” sambung Benny.
Dari situ, pelaku tersinggung. Ia lalu pulang ke rumah yang tak jauh dari sekolah dan mengambil pisau. Saat korban keluar sekolah menggunakan motor, pelaku menikamkan pisau ke tubuh gurunya beberapa kali. Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Udara, lalu Rumah Sakit Malalayang. Namun nyawanya tak tertolong. Guru Alexander mengembuskan tewas di tangan muridnya.
Peristiwa ini merubah musibah bagi dunia pendidikan di tanah air. Praktisi pendidikan Budi Handrianto mengaitkan kejadian tragis ini dengan problem pendidikan di negeri ini. Menurutnya dunia pendidikan Indonesia saat ini sedang mengalami krisis. Seperti manusia yang sedang menderita penyakit akut. Diperlukan diagnosa yang tepat oleh dokter yang ahli dan penangan yang sesuai.
“Seseorang demam, tubuhnya panas. Kata kita yg bukan dokter, “Ah, ini kecapekan saja. Minum paracetamol terus istirahat pasti sembuh.” Tapi seorang dokter tahu tubuh demam karena apa. Bisa karena kecapekan saja, dehidrasi, flu atau mungkin kena penyakit ganas seperti kanker. Dianogsis dokter sangat penting utk kemudian pasien ini dirujuk kemana”. Tulis Doktor Budi.
Menurut pakar Islamisasi Sains ini, penyelesaian persoalan pendidikan yang carut- marut di negeri ini memiliki kemiripan dengan penanganan pasien yang menderita suatu penyakit. Sebelum memutuskan tindakan apa yang dilakukan kepada seorang pasien, maka harus dilakukan diagnose yang benar terlebih dahulu. Diagnose yang salah, berdampak pada tindakan dan pengangan yang salah pula.
Ia mengatakan, “Dunia pendidikan kita saat ini juga tengah mengalami krisis. Sakit seperti manusia juga. Bahkan kronis dan akut. Krisis pendidikan di Indonesia bukan banyaknya masyarakat yg bodoh lalu harus dipintarkan, tapi orang pandai -justru yg mereka sekolah, yg kurang adab. Contohnya kasus penusukan guru oleh siswa SMK di bawah ini. Ditusuknya guru oleh siswa hanya gunung es yg menyisakan masalah besar di dalamnya”.
Oleh karena itu Sekretaris Program Studi Doktor Pendididikan Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor ini menilai, yang mengurus pendidikan di negeri ini harus paham problem sebenarnya. Ia menegaskan, “menteri yang ditunjuk untuk mengurus pendidikan di negeri ini juga harus paham masalah ini. Masyarakat Indonesia bukan saja kurang kreatif (maka dipilih menteri yang -katanya kreatif), tapi ada masalah besar dengan adab yang seharusnya diajarkan guru kepada murid. Pendidikan sekarang harus diakui lebih menitikberatkan pada aspek-aspek kognitif saja. Siswa dan mahasiswa dididik menjadi “tukang”, bukan menjadi orang yang baik (to be a goodman). Aspek afektif yang merupakan unsu-unsur pembentuk kesuksesan di masa depan seperti adab, akhlak, comunication skill, emotional quotient, dsb belum banyak disentuh. Pendidikan karakter lalu hanya sebatas diskusi dan seminar saja, belum diterapkan penuh ke anak didik”.
Budi tidak menafikan dengan masalah yang berat seperti sekarang ini perlu out of the box thinking. “Jika pemilihan menteri tsb merupakan strategi, tentu kita hargai dan kita tunggu ide-ide cerdasnya untuk menyelesaiakan salah satu masalah pelik bangsa ini. Namun jika hanya karena posisi di tempat lain kurang pas atau ada yang kurang sreg ya harus dipikirkan ulang. Dan semoga, siapapun yang duduk di situ, dipilih by design atau by accident, seyogyanya mengetahui masalah dasar dalam pendidikan kita, yaitu loss of adab. Semoga. [Budi.H/Udin Muna].