Luwuk.today, Jakarta – Wisuda sarjana biasanya menjadi momen special bagi setiap mahasiswa. Yang terbesit dalam benak para sarjana setelah wisuda umumnya terjun di dunia kerja dengan imbalan gaji. Tapi ini tidak berlaku bagi 80 wisuda sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir Dewan Dakwah Islamiyah (DDII).
“Dakwah yang akan Anda tempuh adalah jalan yang sepi dari pemberitaan dan puja-puji. Karena Anda akan berdakwah di daerah pedalaman, perbatasan, minoritas, kantong kemiskinan, dan suku terasing, “ demikian pesan Ketua STID M Natsir Ustadz Dwi Budiman Assiroji, dalam sambutannya pada Wisuda Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir di Gedung Menara Dakwah, Jl Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Sabtu (26/10).
Sebanyak 80 sarjana STID M Natsir angkatan IX mengikuti wisuda tersebut. Kedelapanpuluh dai sarjana berasal dari berbagai daerah dan atas rekomendasi Dewan Dakwah setempat. Mereka menjadi bagian dari 475 alumni sejak angkatan pertama. Di bawah mereka, 637 mahasiswa sedang mengenyam pendidikan kader dai.
Wisuda dihadiri jajaran pimpinan pengurus Dewan Dakwah dan STID M Natsir, Mantan Penasehat KPK Abdullah Hehamahua, Pembina Dewan Dakwah Dr Adian Husaini yang juga memberikan Kuliah Umum, Perwakilan Kopertais Wilayah I DKI Jakarta, perwakilan donatur LAZNAS Dewan Dakwah, keluarga besar Allahyarham Mohammad Natsir, dan keluarga besar Allahyarham Prawoto Mangkusasmito.
Terpilih sebagai Wisudawan Terbaik dalam kategori masing-masing adalah: Anis Marcella, asal Palembang, sebagai Wisudawan Terbaik dalam Bidang Akademik dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3,90 alias cum laude (mumtaaz); Lailatul Mardiyah, asal Tulungagung Jatim, sebagai Wisudawan Terbaik dalam Bidang Penulisan Skripsi; Zaenal Arfan, asal Lombok NTB, sebagai Wisudawan Tercepat dalam Penyelesaian Studi selama 3 tahun 6 bulan 15 hari; dan Irham Abisono, asal Lombok NTB, sebagai Wisudawan Terbaik dalam Hafalan Qur’an Hadits dengan jumlah hafalan 30 Juz Quran, 300 Hadits Shahih Bukhori, dan memperoleh Sanad Matan Tuhfatul Athfal dari Syaikh Abdul Bari Rageh serta Jazariyah dari Syaikh Ahmad Nafi Al Mishri. Ia juga menyabet Juara 1 MTQ Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam se-Jabodetabek.
Wisudawan asal Dompu, Nusa Tenggara Barat, Muhammad Jundi Rabbani, mewakili rekan-rekannya menyatakan bangga telah lulus sebagai sarjana. Mereka mengucapkan banyak terimakasih kepada stakeholders yang telah membantu kelancaran pendidikan dakwah selama ini.
“Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua dan lembaga-lembaga yang sudah banyak membantu kami dalam berproses di STID M Natsir. Terimakasih kepada Laznas (Lembaga Amil Zakat Nasional) Dewan Dakwah yang menjadi mesin penggerak program dakwah pedalaman,” ujarnya dengan suara berat diiringi isak tangis haru.
Bakda wisuda, para dai sarjana segera bertugas ke pedalaman untuk minimal dua tahun menjalani pengabdian di sana. Sebelum berangkat, 80 dai sarjana mengikuti pembekalan pengetahuan dan ketrampilan praktis.
Ketua STID M Natsir menegaskan, penerjunan para da`i ke pedalaman Nusantara dimaksudkan agar dakwah juga menjangkau ummat marjinal yang paling membutuhkan.
Di medan dakwah nanti, para dai sarjana melakukan dakwah bil lisan dan bilhaal disertai keteladanan. Untuk menguatkan eksistensi dan kerja dakwah mereka, LAZNAS Dewan Dakwah memberi support berupa program-program yang dibutuhkan dai maupun warga setempat. Baik berbentuk program charity (konsumtif) maupun sarana dan prasarana pengembangan masyarakat.
Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah, Ustadz Amlir Syaifa Yasin, dalam sambutannya mengatakan bahwa Dewan Dakwah yang didirikan pada 1967 kini telah ada di hampir seluruh provinsi di Indonesia. “Alhamdulillah Dewan Dakwah telah ada di 32 Provinsi dan di 312 kab/kota. Jadi sudah ada di lebih dari separuh kab/kota di seluruh Indonesia,” papar dia.
Belasan di antara Dewan Dakwah Provinsi sudah menyelenggarakan program pendidikan diploma kader dai melalui Akademi Dakwah Indonesia (ADI). Namun, sejauh ini dai-dai yang dihasilkan masih jauh dari mencukupi untuk meng-cover kebutuhan nasional.
Dari 20.000 desa tertinggal di Indonesia, lanjut Amlir Syaifa, “Dewan Dakwah baru dapat memenuhi sedikit kebutuhan dai-nya. Permintaan terus saja datang sementara stok dai kita masih sangat kurang.”
Oleh karena itu, Dewan Dakwah terus mengajak masyarakat untuk mendukung program dakwah pedalaman. ‘’Dengan dukungan doa, pikiran dan tenaga, serta donasi Anda, insya Allah kami akan meningkatkan jumlah dan kualitas dai pedalaman,’’ kata Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah. (Sidik.S/Udin.M)