Reuni 212, Spirit Merawat Kebersamaan


Luwuk.today, Jakarta – BEBERAPA hari ke depan, tepatnya pada Senin 2 Desember 2019 mendatang, kita akan kembali menyaksikan lautan manusia di sekitar Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Mereka bakal hadir dalam rangka silaturrahim nasional yang dikemas dengan acara Reuni 212.
Jika seperti pada kegiatan sebelumnya, jutaan manusia akan berkumpul lagi, melaksanakan ibadah shalat secara berjamaah, mendengarkan tausiyah dan melantunkan zikir-zikir dan doa kebaikan bagi NKRI tercinta dan dunia pada umumnya.
Reuni 212 semacam pengingat tentang pentingnya persatuan antarsesama ummat Islam. Juga antarsesama anak bangsa Indonesia dalam menjaga kemajemukan dan persatuan serta kesatuan seluruh rakyat Indonesia.
Kegiatan ini sebuah miniatur persaudaraan dalam bingkai NKRI yang semestinya didukung. Sangat ironis jika ada pihak tertentu yang mencibir, menuding miring, bahkan mencoba menggagalkan perhelatannya.
Beberapa tahun belakangan, Reuni 212 yang sudah rutin diadakan, sama sekali tak meninggalkan permasalahan. Malah selalu menciptakan kesan dan pesan yang membuat berdecap kagum. Tentu kita masih ingat kala Masjid Istiqlal yang berdampingan Gereja Katedral dikelilingi lautan manusia. Pada saat yang bersamaan, sepasang pengantin hendak menjalankan ritual pernikahan di Gereja Katedral. Sikap dan wujud toleransi pun diperlihatkan para peserta reuni dengan membantu membukakan jalanan hingga kendaraan sepasang pengantin beserta iring-iringannya sampai dengan lancar ke lingkungan Gereja Katedral.
Tak hanya itu, peserta reuni juga memperlihatkan akhlak terpujinya dengan tidak membiarkan sampah berserahkan di jalanan dan di lapangan di dalam Monas. Apatah lagi rerumputan, tidak ada yang rusak terinjak biar sebatang pun.
Nuansa persaudaraan sangat kental di setiap perhelatan. Jangankan sesama ummat Islam, penganut agama lain pun turut berbaur, membagikan makanan, duduk bersama para peserta. Kondisi ini yang sempat viral beberapa tahun silam, saat seorang peserta Reuni 212 dari penganut agama lain, menginformasikan lewat akun media sosial miliknya.
Jika menengok ke belakang, faktor yang melatarbelakangi cikal bakal diadakannya Reuni 212, yakni gerakan konstitusional kala itu yang menuntut agar pelaku penista agama diberikan sanksi hukum sesuai dengan perbuatannya, tentu kita sama-sama tidak berharap terulang lagi kejadian serupa.
Sewajarnya kita saling hormat menghormati, hargai menghargai. Meski kita berbeda-beda dalam pemahaman agama, berbeda suku, ras atau pun warna kulit, namun NKRI telah mempersatukan kita. Kita mesti dan harus terus merawat persatuan dan persaudaraan.
Semoga Reuni 212 kali ini kembali memberikan spirit persaudaraan agar persatuan dan kesatuan sebagai sesama anak bangsa, terus kita rawat bersama demi kemajuan dan kejayaan NKRI
Oleh: Irfan Abdul Gani