OJK Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2020 Membaik
KETUA Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 akan mengalami perbaikan.
Meskipun sulit untuk mencapai angka positif, setidaknya menurut Wimboh, pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibandingkan kuartal II-2020 saat pertumbuhan ekonom Indonesia hanya mencapai angka minus 5,32%.
“Dari berbagai prediksi dan indikator yang kita punya, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 akan membaik meskipun tidak langsung positif. Agak berat untuk langsung positif. Ada beberapa indikator yang mendukung, seperti penjualan semen dan kendaraan bermotor sudah mulai ada tanda-tanda perbaika dan juga konsumsi mulai membail. Nantinya kami yakin akan terefleksi pada pertumbuhan ekonomi yangg juga tidak serendah kuartal II-2020,” ungkapnya dalam webinar kagama, Minggu (27/9).
Lebih lanjut, Wimboh menegaskan, prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dikatakan akan berada pada angka minus 2,9% sampai 1%. Namun, prediksi itu menurutnya hanya sebatas indikasi.
Hal yang paling penting menurutnya ialah pemerintah dan para pemangku kebijakan dapat berupaya keras agar angka pertumbuhan covid-19 mampu teratasi dan dapat diminimalisir penyebarannya.
“Masyarakat yang positif (covid-19) bisa di treatment dengan baik dan masyarakat menggunakan protokol dengan disiplin. Saat ini hanya itu yang bisa kita lakukan bersama sama. Bagaimana cara mengisolasi, tentunya kita harus belajar dari negara lain,” kata Wimboh.
“Indonesia itu perlu kerja ekstra keras. Jangan kita bandingkan Indonesia dengan Singapura yang penduduknya hanya 3 juta. Mereka terindikasi lalu isolasi 14 hari dan itu sangat mudah sekali diatasi. Indonesia harus melakukan cara berbeda untuk menyelesaikan ini,” sambungnya.
Baca juga : Genjot Ekonomi, Pemerintah Dorong Pengembangan KEK Galang Batang
Menurut Wimboh, Indonesia perlu menerapkan tiga hal untuk mengatasi permasalahan covid-19. Tiga hal tersebut ialah preemptive, extraordinary dan forward looking.
Wimboh mengatakan, tiga hal itu membutuhkan kerja sama baik dari pemerintah, masyarakat, pelaku usaha dan lainnya untuk memeroleh perbaikan ekonomi dengan cara penyebaran covid-19 tidak berlanjut.
“Kami dari OJK, Pemerintah, LPS dan Bank Indonesia (BI) telah melakukan tiga hal tadi. Kami telah melakukan kebijakan yang tidak pernah terjadi di kondisi normal. Kebijakan ini bukan semata-mata datang tanpa koordinasi yang baik. Ini kita koordinasikan mana yang perlu dan mana yang bisa dilakukan nanti. Ini terus kita lakukan sampai saat ini,” ujar Wimboh.
Langkah yang telah dilakukan antara lain defisit anggaran yang saat ini boleh melebihi angka 3%. Lalu juga social safety net yang juga dikatakan memiliki angka yang sangat besar dan bertujuan agar masyarakat bisa bertahan dan survive dalam menghadapi covid-19.
OJK juga dikatakan telah mengeluarkan POJK 11 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019.
“Sehingga ini memberikan ruang gerak yang lebih bagi perbankan, lembaga keuangan non bank, sektor riil dan juga kemudahan lainnya yang kita berikan agar semuanya bisa leluasa dan bertahan dalam masa covid-19. Kemudian pemerintah juga memberikan stimulus baik itu penjaminan, subsidi atau kebijakan pajak lainnya agar ini bisa dari sisi supply maupun demand bisa bergerak,” tuturnya.
“Banyak hal-hal yang kita lakukan agar bisa menyanggah tidak terlalu berdampak pada perekonomian dan sektor keuangan kita. Selain itu, pertumbuhan domestik kita juga sangat besar rupanya dan saat ini peran ekspor impor tidak terlalu besar. Jadi recovery kita upayakan domestic demand bisa bergerak dengan berbagai hal tadi,” pungkas Wimboh. (OL-7)
Kategori : Media Eksternal