Luwuk.today, Islam – Ada empat poin penting dalam mendidik anak. Yakni kasih sayang, kelemahlembutan, ketegasan dan bertahap. Demikian dikatakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (DPP WI), KH. Muhammad Zaitun Rasmin.
“Seorang ayah hendaknya bisa memadukan antara ketegasan dengan kasih sayang, kelemahlembutan dan penahapan”, ucapnya sebagaimana dilansir dari chanel Youtube resmi Zaitun Rasmin yang diunggah pada 13/10/2019.
“Jadi pendidikan itu sesunggunya dia harus berbasis kasih sayang, kelemahlembutan dan bertahap, tapi harus dipadukan dengan ketegasan”, jelasnya.
Menurutnya memadukan kasih sayang dan kelemahlembutan dalam mendidik anak merupakan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Coba lihat, Kasih sayang Nabi, seluruh hidupnya adalah kasih sayang. Beliau salam segala hal selalu dengan kasih sayang. Kelemah lembutan, ini ciri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,”ungkapnya.
Baca Juga: KH. Zaitun Rasmin: Cadar Bagian dari Syariat
Bertahap dalam mendidik anak lanjut UZR juga menunjukan kasih sayang dan kelemah lembutan.
Salah satunya dalam shalat, Ajarlah anakmu untuk Shalat saat ia berumur tujuh tahun,dan baru diperintahkan untuk tegas ketika anak berusia 10 tahun.
“Ada tiga tahun jaraknya”, ucapnya.
Baca Juga: Muslimah Wahdah Canangkan Penguatan Ketahanan Keluarga
Tiga tahun kata Ketua Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara ini merupakan masa-masa pendidikan dengan pendekatan kasih sayang dan kelemah lembutan secara bertahap.
Tiga tahun dikali 365 hari, Seribu lebih. Setiap hari shalat lima waktu, berarti sekitar 5000 kali lebih dalam tiga tahun.
“Bagaimana seorang ayah yang bertekad mendidik anaknya menjadi generasi yang rabbani yang taat shalat, itu telah melakukannya 5000 kali lebih mengajak dengan kasih sayang dan kelemah lembutan. Diajak, dibisik-bisk, dikondisiian, nanti setelah itu jika tidakmau dhalat baru dipukul”, terangnya.
Dengan catatan imbuh ustadz Zaitun, pukulan tersebuit bukan di wajah dan tidak mencederai.
“Anak-anak yang kehilanghan kelemahlembutan dan kasih sayang sengsara”, tegasnya.
Ia juga melusruskan kesalah pahaman dan pratik keliru penanaman disiplin sejak dini dengan pendekatan milteristik yang identik dengan ketegasan.
“Kadang-kadang di masyarakat kita hal ini dilegitimasi, “kalau mau generasi kuat, harus didik secara militer”, ujarnya menirukan.
“Kapan?”, tanyanya.
Menurutnya tidak tepat anak umur 8 tahun terlambat shalat disiram,
“Gak ada itu”, tandanya.
Baca Juga: Wahdah Islamiyah Komitmen Padukan Dakwah dan Keharmonisan Rumah Tangga
Menurutnya banyak konsep pendidikan yang tidak ada dasarnya bahkan bisa merusak anak.
“Jadi kasian anak-anak kalau kehilangan kasih sayang dan kelemah lembutan”, ungkapnya.
Oleh karena itu ia mengimbau untuk tidak menudah-mudahkan ‘’pendidikan militer” tanpa penahapan yang tepat.
“Pendidikan militer tidak berarti di usia dini, ada saatnya, tapi kedisiplinan sudah ditanamkan”, jelasnya.
Menurut Waskjen MUI ini kedisiplinan tetap dapat ditanaamkan sejak dini melalui, penjelasan, arahan, contoh.
Sebab ketegasan tanpa komunikasi hanya beruapa tindakan fisik saja.
“Orang yang tegas tapi tidak komunikatif ini hanya mengarah kepada tindakan fisik saja”, pungkasnya. []
Sumber: Video Youtube Chanel Zaitun Rasmin.