Megawati, Jadilah Oposisi Jokowi

Oleh: Choirul Aminuddin, Sekretaris Jenderal BARA24
Luwuk.today, HUBUNGAN Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Sukarnoputri, dengan Presiden Joko Widodo tampak mulai gonjang ganjing, bahkan cenderung berada di ujung tanduk untuk terbelah.
Ada beberapa fakta yang tak bisa dimungkiri untuk bisa disimpulkan bahwa partai banteng moncong putih itu telah sakit hati dengan Joko Widodo yang juga kader partai merah.
Musababnya, sebut misalnya soal kehadiran sejumlah aparat kepolisian di kantor DPC PDIP Surakarta, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Kendati sudah dijelaskan oleh pihak keamanan bahwa kehadiran mereka tak memiliki maksud jahat, namun ada aroma amis menyebutkkan bahwa kedatangan pasukan korp baju coklat itu bagian dari “teror” terhadap eksistensi PDIP di Surakarta.
Atau, dengan kata lain, ada pesan keras yang terselubung, “Wahai kader PDIP, kalian jangan macam-macam!”
Fakta berikutnya mengenai pencopotan baliho calon presiden Ganjar Pranowo dan pasangan Mahfud MD di berbagai tempat oleh polisi pamong praja.
Kondisi ini kontras dengan poster Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka yang selalu berdiri tegak di hampir seluruh lokasi strategis tanpa gangguan. Apakah ada yang berani menurunkan? Jangan coba-coba!
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD adalah calon presiden dan wakil presiden yang diusung oleh PDIP dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Adapun Prabowo Subianto bersama Gibran dicalonkan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanah Nasional (PAN) serta Partai Golongan Karya (Golkar).
Bukti lain adalah keluhan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, kepada awak media di Jakarta, Sabtu pekan lalu. Hasto mengeluh bahwa kader partainya kerap mendapatkan tekanan dari aparat keamanan. Keluhan ini sangat tidak lazim sebelum Ganjar didorong PDIP menjadi calon presiden bersaing dengan Prabowo yang dianggap sebagai sosok kepanjangan tangan Joko Widodo .
Keluh kesah ini, saya perkirakan bakal terus menerus berlangsung hingga tak ada ujungnya. Oleh sebab itu, sebaiknya PDIP mengambil sikap tegas yakni menarik seluruh kader terbaiknya dari kabinet pemerintahan Joko Widodo. Megawati harus berani menjadi oposisi Joko Widodo.
Menurut saya, langkah ini jauh lebih elegan. Sebab, bagi saya, sangat aneh jika kader PDIP masih bertahan di dalam kabinet Joko Widodo namun hatinya terbelah, antara patuh pada partai dan dipaksa setia kepada presiden.
Megawati perlu menyadari, oposisi terhadap pemerintahan bukanlah hal tabuh dan hina. Menjadi penguasa ataupun oposisi terhadap pemeritahan tetap memiliki derajat mulia di mata rakyat. Untuk itu, tak perlu ragu mengambil jalan di luar pemerintahan.
Setahu saya, PDIP pernah menjadi oposan ketika negeri ini dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014. Apakah saat itu PDIP hina? Tidak sama sekali.
Justru sebalikya, PDIP menjadi pemenang pemilihan umum pada periode 2019-2024 sehingga menguasai mayoritas kursi di DPR.
Nah, apalagi yang mau ditunggu? Megawati harus segera mengambil sikap, oposisi atau tidak, sebelum sup di atas meja terlanjur dingin.