Kunci Surga
Luwuk.today, Islam – Kita sering mendengar ungkapan, ‘’Laa Ilaaha Illallaah adalah kunci surga”. Artinya syarat untuk masuk surga adalah meyakini, mengucapkan, dan mengamalkan kalimat La Ilaha Illallah.
Akan tetapi patut diingat, kunci yang dapat berfungsi dengan baik dan dapat membuka pintu adalah kunci yang utuh atau tidak rusak. Kunci yang rusak, seperti adanya gigi-geriginya yang patah, maka dipastikan kunci tersebut tidak berfungsi. Tidak dapat dipakai membuka pintu.
Demikian halnya dengan kunci surge, kalimat La Ilaha Illallah. Wahab bin Munabbih pernah ditanya, “Bukankah Laa Ilahaa Illallaah kunci surga?” Ia menjawab, “Betul.” “Tetapi, tiada satu kunci pun kecuali ia memiliki gigi-gigi, jika kamu membawa kunci yang memiliki gigi-gigi, pasti engkau dapat membuka pintu, namun jika engkau membawa kunci yang tidak ada gigi-giginya pasti pintu itu tak akan terbuka.” (HR. Bukhari).
Berikut syarat-syarat kalimat agung ini:
1. Ilmu sebagai lawan dari kejahilan
Maksudnya, seorang yang mengucakan syahadat Laa Ilaaha Illallaah harus mengetahui makna kalimat tesebut. Dia harus mengetahui bahwa makna dari kalimat itu adalah tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan semua yang disembah selain Allah adalah sesembahan yang bathil.
Pentingnya ilmu sebagai syarat Laa Ilaaha Illallaah diterangkan dalam beberapa ayat al-Quran, di antaranya surah Muhammad ayat 19:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS.Muhammad[47]:19).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjanjikan surga bagi orang yang meninggal dunia dalam keadaan mengetahui makna kalimat Laa Ilaaha Illallaah.
“Barangsiapa yang meninggal dunia sedang ia mengetahui, Tidak ada Ilaah yang berhak disembah kecuali Allah , maka ia akan masuk surga.” (HR Muslim).
2. Yakin, Lawan dari Keraguan
Maksudnya orang yang mengucapkan syahadat Laa Ilaaha Illallaah harus meyakini bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan meyakini pula bahwa semua yang disembah selain Allah adalah bathil. Hal ini juga bermakna bahwa orang yang mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah harus meyakini tanpa keraguan sedikitpun bahwa suatu ibadah hanya ditujukan kepada Allah dan tidak boleh beribadah atau menyembah kepada selain-Nya.
Allah berfirman tentang hal ini’
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu.” (QS. Al Hujurat:15).
Dalam ayat di atas Allah mensyaratkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dikatakan sebagai iman sejati, jika seseorang tidak ragu dalam keimanannya. Karena ragu dalam keimanan merupakan ciri orang munafik.
Dalam haditsnya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikan keyakinan sebagai syarat masuk surga bagi orang mengucapkan syahadat Laa Ilaaha Illallaah. Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Aku bersyahadat, Tidak ada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Allah dan aku adalah Rasulullah. Tidak lah seoang hamba menemui Allah (meninggal) dalam keadaan tidak ragu tentang dua hal ini melainkan ia kan masuk surga.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu, Rasulullah berkata kepada beliau:
“Siapapun yang anda temui di balik tembok ini bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah disertai keyakinan hatinya terhadap kalimat tersebut, maka sampaikanlah kabar gembira kepadanya (bahwa ia akan masuk) surga”. (HR. Muslim)
3. Ikhlas Lawan dari Kesyirikan
Orang yang bersyahadat hendaknya mengucapkan kalimat itu dengan ikhlas semata-semata karena Allah. Kalimat yang agung ini tidak akan memberikan manfaat apa-apa kepada pengucapnya jika tidak diucapkan dengan ikhlas.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya, “Siapa orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat kelak?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab;
“Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan ikhlas dari lubuk hatinya atau jiwanya” (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari ‘Utban Radhiyallahu ‘anhu, Nabi bersabda;
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah, ia lakukan hal itu karena mengharapkan wajah Allah ‘Azza wa jalla (Ikhlas).” (HR Bukhari).
Berbagai dalil al-Qur’an dan hadits di atas menunjukan bahwa kalimat La Ilaha Illallah tidak cukup sekadar diucapkan. Tapi harus diilmui, diyakini, dan disertai keikhlasan. –sym– (Bersambung insya Allah).
Sumber: Wahdah.or.id