Ketua MPR Dorong Pelajaran Pancasila di Semua Tingkat Pendidikan
KETUA MPR Bambang Soesatyo ( Bamsoet) meminta pemerintah memberlakukan kembali pelajaran Pancasila di semua tingkat pendidikan karena pentingnya mata pelajaran Pancasila bagi generasi muda.
Bamsoet mengakui, sejak era reformasi, pelajaran pendalaman tentang Pancasila tidak dijadikan sebagai mata pelajaran wajib di sekolah. Hal ini berbeda saat Orde Baru berkuasa, pemerintahan Soeharto kala itu mewajibkan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
“Yang terjadi ialah banyak sekali kemerosotan budi pekerti kita sebagai bangsa dan negara terhadap berbagai ancaman-ancaman yang muncul di masyarakat kita. Apalagi menghadapi kerasnya informasi,” ucap Bamsoet.
Kini pembicaraan soal Pancasila kembali mengemuka setelah munculnya RUU HIP. Bamsoet menuturkan sepengetahuannya saat ini pemerintah telah menunda pembahasan RUU HIP dan sekarang tengah mengkaji lebih dalam draf RUU tersebut.
“Saya dengar pemerintah akan memperbaiki dan mengubah daftar isian masalah RUU itu, yakni pasal-pasal yang sensitif dan kontroversi itu didalami lagi.’’
Bamsoet mengungkapkan perubahan itu berpeluang juga mencakup dikembalikannya nama RUU HIP menjadi RUU Pembinaan Ideologi Pancasila (RUU PIP). Nama ini pula yang masuk ke Program Legislatif Nasional (Prolegnas) 2020.
Pembinaan, kata Bamsoet, berarti lebih teknis dan memayungi kelembagaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Isinya ialah tentang blue print bagaimana membumikan Pancasila di tengah-tengah masyarakat. “Bersama juga MPR yang melakukan tugas empat pilar, salah satunya membumikan Pancasila.’’
Wakil Ketua MPR RI Syariefuddin Hasan menambahkan bahwa Pancasila bagi rakyat Indonesia sudah final sebagai dasar dan ideologi negara yang memiliki peran yang sangat dirasakan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
‘’Sebagai ideologi negara, Pancasila memiliki peran yang sangat dirasakan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain sebagai pemersatu bangsa dan sebagai panduan rakyat Indonesia dalam berpikir, berperilaku, dan bertindak,’’ kata Syarief.
Apabila didalami, isi Pancasila merupakan jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Seperti sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang bermakna setiap diri rakyat Indonesia ialah sosok yang beragama dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Syarief, walaupun agama dan kepercayaan berbeda, saling menghormati dan bersatu dalam kebinekaan itu diperlukan. Karena Pancasila sudah final dan diterima seluruh rakyat Indonesia, implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang harus mendapatkan perhatian.
‘’Sudah saatnya fokus melakukan upaya-upaya dalam pengamalan Pancasila mulai dari diri masing-masing,’’ katanya. (Uta/Ant/P-1)
Kategori : Media Eksternal