Media Eksternal

Bernhard Soebiakto: Menggebrak di Tengah Keterbatasan


INDUSTRI kreatif merupakan salah satu sektor yang terdampak berat oleh wabah covid-19. Aturan physical distancing dan kemudian pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah membuat para pelaku industri hiburan harus putar otak untuk bisa terus berproduksi tanpa bertatap muka langsung.

Hal itu pula yang terjadi pada Bernhard Soebiakto. Pria yang akrab disapa Ben ini lewat Octovate Group telah melahirkan sejumlah perusahaan sukses, di antaranya Fimela.com dan Damn I Love Indonesia. Adapun lewat Samara Media & Entertainment, ia telah menghadirkan IdeaFest.

“Lima minggu terakhir ini hampir semua orang diminta untuk work from home. Saya selaku promotor event enggak bisa bikin panggung, enggak bisa bikin event, masa depan event jadi suram,” ujar Ben kepada Andy F Noya dalam Kick Andy episode Bersama Pasti Bisa.

Ben mengungkapkan sangat memahami pentingnya taat pada aturan pemerintah, tapi kondisi itu membuat usahanya kesulitan. Tak ingin mandek, pria berusia 41 tahun yang ikut memproduseri film Perempuan Tanah Jahanam (2019) itu membuat sebuah gebrakan baru untuk festival.

“Awalnya ide ini berasal dari Iwet Ramadhan. Dia adalah salah satu brandtrust kita. Dia bilang ke saya ‘kalau kondisi semua orang harus di rumah, gimana kalau kita bikin sebuah charrity event konser musik, tapi digital?’ Nah saya mikir dengan pengalaman kita bikin konferensi bikin festival musik, gimana kalau kita kombinasikan semuanya, tapi kita pindahkan ke format digital,” ungkap Ben soal penggodokan ide bersama presenter Iwet Ramadhan itu.

Tak hanya satu jenis gelaran, mereka kemudian melahirkan satu konsep festival besar yang diberi nama Live Stream Fest. Tidak hanya penampilan musik, gelaran itu juga menampilkan show komedi, pesta, bincang kesehatan, keluarga, hingga diskusi dengan tokoh bidang ekonomi dan kebangsaan seperti Chatib Basri, Yenny Wahid, dan termasuk juga Andy Noya.

Lewat gelaran yang berlangsung 4-5 April 2020 melalui platform vidio.com itu Ben sekaligus ingin menyebarkan semangat tetap produktif lewat tagar Tidak Ada Yang Tidak Bisa (#TAYTB). Sesuai optimismenya, gelaran itu sukses hingga ia pun membuat gelaran kedua, Live Stream Fest Vol 2 pada 17–19 April dengan bintang tamu yang lebih banyak.

Gelaran kedua itu juga dibuat dengan tujuan melanjutkan gerakan donasi. “Awalnya memang pengen satu volume saja, tetapi ternyata ini bisa menghibur dan juga menjadi ajang donasi. Jadi selagi masih bisa begitu, kami lanjutkan,” tanggapnya. Terlebih, ia mengerti bahwa di bulan Ramadan ini dampak pandemi bisa dirasakan semakin berat oleh kalangan menengah bawah.

“Bulan Ramadan ini kan akan menjadi bulan yang cukup berat sebenarnya. Ada yang THR-nya dipotong, ada yang kena PHK, jadi kita ngerasa ini saat yang tepat untuk kita kumpulkan donasi ini dan support-nya untuk sembako dan bantuan-bantuan langsung kepada mereka,” tambah pria yang untuk Live Stream Fest Vol 2 itu juga berkerja sama dengan Benihbaik.com sebagai saluran donasi.

Jumlah donasi yang terkumpul pun menggembirakan, yakni mencapai lebih dari Rp551 juta. Pintu donasi terus dibuka hingga berakhirnya Live Stream Fest Vol 3 yang akan digelar di Ramadan ini. Donasi kemudian akan disalurkan dalam bentuk uang maupun paket sembako.

Terus berlanjutnya Live Stream Fest beserta gerakan donasinya dikatakan Ben merupakan cara untuk terus mendorong orang untuk menghadapi pandemi ini dengan semangat kebersamaan. Pada akhirnya, masyarakat tidak hanya bisa terus produktif, tapi juga sekaligus berekreasi dan berbagi untuk sesama.

“Di era sekarang kita punya banyak hal yang bisa dioptimalkan, dari teknologi, internet, sosial media, dan sebagainya. Anak-anak muda saat ini juga diharapkan enggak cuma diam di rumah, tapi juga terpacu untuk makin banyak berkreasi dan memberikan impak,” pungkasnya. (M-1)

Sumber : https://mediaindonesia.com/read/detail/309717-bernhard-soebiakto-menggebrak-di-tengah-keterbatasan

Kategori : Media Eksternal

Related Articles

Back to top button